Bab I
Perkenalan
Dingin yang mencekam menyerang seluruh tulang tulang di tubuhku,, hal itu bukan pertama kali yang kurasakan. Sebelumnya aku selalu merasakan hembusan angin yang menusuk hingga melewati sel darahku. Begitulah hari hari yang kuhabiskan dengan tubuh yang ringkih ini. Pagi harinya aku bangun seperti biasanya untuk memulai aktifitas mengkais Rezeki. Aku adalah gadis remaja yang berusia 16 tahun. Namaku Gula, begitulah cara orang orang memanggilku. Dikarenakan hidup dalam kemiskinan, aku putus sekolah dan harus mencari nafkah.
Di gubuk tua ini,, aku hidup. Selama 16 tahun. Ketika usia ku beranjak 5 tahun, nenek meninggal dunia karena sakit. Tinggal lah diriku sebatang kara di Gubuk tua ini. Kemudian para tetangga bergantian merawat ku sehingga usia ku mencapai 16 tahun. Sementara keberadaan kedua orang tua ku tidak diketahui sama sekali. Sebab semasa hidup nenek, dia tak pernah menceritakan sosok orang tua ku. Ku pandangi rumah kosong melompong dengan mata sendu. Lalu aku bangun dari lamunanku dan mulai beberes diri. Selesai berbenah, aku meninggalkan rumah menuju tempat kerja. Kehidupanku terasa hambar bagaikan masakan tanpa rasa.
Setibanya ditempat kerja, aku disapa oleh rekan kerja ku. Pria tinggi memakai jacket biru adalah Pomo, si penjaga kebersihan kantor. Tanpa Pomo keadaan kantor sangat kotor dan berantakan. "Pagi gula,, senyum dong jangan datar gethu ekspresinya". Sekilas kutatap wajah Pomo yang penuh kecerian. Lalu aku membalas sapaan Pomo. " Pagi juga Ak,,, kemudian aku pergi ke dapur kantor. Pomo memiliki panggilan Aak dikalangan wanita remaja. Sebab tutur itu digunakan untuk menghormati Pomo menurut versinya.
Aku bekerja sebagai OB diperusahaan Alam Baka. Tak lama Tuti menghampiriku dan berkata "pagi Gula,, gimana perasaan mu hari ini! "
Baik Ti,, kemudian aku lanjut bekerja kembali. Tuti adalah rekan kerja ku sebagai OB didapur kantor. Setiap hari Tuti bertanya mengenai perasaanku. Meskipun tak begitu paham, mungkin Tuti ingin aku bersikap terbuka padanya. Aku adalah sosok gadis pendiam yang jarang berbicara. Jika diajak bicara barulah aku menjawab. Namun jika rekan kerja ku diam saja, maka aku akan diam sampai jam pulang kantor.
Tuti merupakan sosok teman yang baik hati dan perduli pada lingkungan sekitar. Tampak Tuti sangat ceria dan memiliki banyak teman dimanapun dia berada. Mendadak Pomo datang Ke Pantry minta dibuatkan minum. Dengan senyum hangat Tuti menyambut keberadaan Pomo. Aak mau dibuatin apa nih?? "Manis panas jha Ti kayak biasa. Keduanya tampak malu malu, sebab baik Pomo maupun Tuti sama sama saling menyukai. Melihat mereka bahagia membuat hatiku tersentuh. Namun seperti biasa, aku tak bisa mengeluarkan reaksi apapun. Sebab sedari kecil aku hidup dengan reaksi wajah yang datar. Sepintas aku terpikir mengapa kedua insan didepan ku tampak bahagia. Sementara aku sendiri tidak tahu apa itu bahagia.
Setelah mendapatkan energi, Pomo kembali ke markasnya di depan kantor. Lalu Tuti curhat padaku mengenai perasaannya.
Tuti : La kenapa ya sampai detik ini Aak belum nembak aku?? Apakah Aak tidak suka sama Tuti ya?? Kalau menurut Gula sendiri gimana??
Aku Pun diam sejenak memikirkan jawaban yang tepat untuknya.
Gula : bukannya tidak suka Ti, hanya saja momennya belum tepat.
Tuti : kapan tepatnya La?? Aku sudah jenuh menunggu ungkapan cinta dari Aak.
Gula : Kalau Tuti tidak sabar! Sebaiknya ungkapkan saja perasaan pada Aak terlebih dahulu. (ekspresi serius)
Aku bingung harus memberikan jawaban apa. Sebab aku sendiri tak pernah memiliki perasaan suka pada lawan jenis. Hidupku yang kelam membuat sifatku jauh dari kata bahagia. Terlintas dipikiranku mengenai kata kata nenek kala itu. Filosofi nama Gula berdasarkan arti dari manis. Maka dari itu Nenek ingin aku besar dengan kehidupan yang manis seperti Gula. Kehadiran Gula sangat dibutuhkan, sebab selalu memberikan rasa manis bagi orang lain.
Tuti : La,, la,, kok ngelamun sih. Kamu yakin aku harus utarakan perasaan terlebih dahulu.
Gula : kalau menurut aku sih gethu. Hanya saja semuanya kembali ke Tuti lagi.
Tuti : Thanks ya La, kamu selalu dukung aku. Mulai sekarang aku jadi semakin Pede.
Tampak wajah Tuti sangat ceria lebih dari biasanya. Aku tak tahu apakah usulan ku membantunya. Namun melihat ekspresi Tuti membuat ku lebih tenang. Tak lama jam istirahat makan siang tiba. Para pegawai kantor mulai memenuhi daerah Pantry. Lantas aku dan Tuti mulai kerepotan memenuhi pesanan para pegawai. Mendadak muncul sosok Pimpinan bernama Arsyad. Pak Arsyad adalah bos di PT Alam Baka. Semua karyawan sangat menghormatinya karena sikapnya yang baik hati. Jika di jam istirahat, Pak Arsyad memperlakukan Karywannya seperti teman baik.
Dodi : Pak, rencana mau makan apa nih?
Pak Arsyad : Makan Mie ajha, soalnya uda beberapa hari pengen kali Di,,
Didi : hmm,, gak salah lagi Pak Arsyad!! Mie dikantor kita emang yang paling enak. Saya juga pesan Pak.
Tuti : ah,,,bisa ajha Mas Dodi sama Pa Arsyad.
Pak Arsyad : serius loh Ti,, masakan kamu memang buat nagih. Kayak ada Ganjanya gethu.
Karyawan : (tertawa ngakak bersama)
Tuti : huss,, sembarangan bapak! Bukan Ganja tapi Micin. (Semuanya makin ngakak mendengar ocehan Tuti)
Hanya saja guyonan mereka tak membuat aku bergeming. Seperti biasa Aku membuat minuman dengan ekspresi datar. Sampai sampai para Karyawan enggan menyapaku.
Pak Arsyad : La,, manis dingin satu ya. Jangan diam jha La,, gak ada salahnya tertawa. 'Ntar kamu cepat tua kalau diam jha.
Gula : "iya Pak, (tanpa ekspresi)
Dodi, Gilang dan Rangga : ( geleng geleng kepala)
Selesai istirahat makan siang, para Karyawan kembali bekerja.
Dodi : gays, gays, aku masih gak habis Fikir liat Gula. Padahal Pak Arsyad udah sering nasehati dia.
Rangga : hussstt,, gak usah dibahas la Dod.
Gilang : bener ntuh kata si Rangga, yang ada buat kesal. Emang dari orok kali sikap si Gula kayak gethu. Namanya jha yang manis, orangnya mah hambar.
Kemudian datanglah Risa sekertaris Pak Arsyad.
Risa : Jangan asal ngomong Lang,,ntar kamu jatuh hati sama Gula!! hmm,, udah deh para Jomblo gak usah kepo urusan orang lain! Mending kerja sana.
Dodi : bener ntuh, mending kalian kerja sana. Jangan makan gaji buta jha kerja kelen.
Gilang : mulai deh, carmuk!! (Sambil ngakak)
Dodi adalah pria baik hati yang sedikit usil. Hanya saja dia memiliki kekurangan saat berkaitan dengan asmara. Sudah dua tahun Dodi menyukai Risa, namun tak berani mengutarakannya. Jam telah menunjukkan pukul 5 sore, waktunya para karyawan pulang kerja. Aku termasuk karyawan teladan, datang tepat waktu dan pulang juga tepat waktu. Ketika dijalan pulang, aku melihat sebuah Pamflet bertema Mimpi. Ku pandangi Pamflet itu selama berjam jam sembari merenung.
Dalam kamus hidupku tak pernah ada kata mimpi. Apalagi harus meraih mimpi, itu hal yang sangat mustahil. Mendadak rintihan hujan turun membasahi bumi. Segera aku berteduh di halte terdekat sambil memandangi langit. Cuaca seperti itu sangat mirip dengan hatiku. Dari kejauhan tampak seorang Pemuda berlari kencang untuk berteduh dari butiran air hujan. Pemuda itu segera membenahi bajunya yang basah. Lalu dia menoleh kearahku sambil tersenyum.
Pemuda : Melihat hujan alangkah menyenangkan ya, namun ketika airnya mengenai tubuh membuat kita harus menghindar.
Gula : (Kupandangi wajah Pemuda itu yang tampak sangat ganteng) tanpa mendengarkan ucapannya sama sekali. Kepala ku tak menoleh dan terus mendengarkan ucapannya.
Pemuda : Sama halnya dengan Impian,, ketika memikirkannya membuat kita bahagia. Namun ketika harus mengejar Impian yang diidamkan membuat kita Frustasi. Dikarenakan Impian yang kita idam idamkan sangatlah susah digapai.
Gula : (aku terdiam kaku, seperti terkena sambaran petir) bagaimana bisa pemuda ini mengatakan hal yang selama ini ku yakini. Dalam benak ku bertanya - tanya Siapa pemuda ini sebenarnya??
Sebelumnya aku tidak pernah tetarik dengan orang lain. Berbeda dengan si pemuda yang mendadak muncul dihadapanku.
Pemuda : Akan tetapi semuanya bisa berubah, dari cara pandang seseorang. Jika ingin berhasil maka kalahkan lah mimpimu dengan cara menggapainya. (Dia menantapku dengan senyuman terindah yang tak pernah kulihat sebelumnya)
Setelah hujan reda, si pemuda pergi meninggalkan halte. Lantas aku pun pergi melanjutkan perjalanan pulang. Hanya saja air mataku terus jatuh membasahi pipiku. Aku tak tahu mengapa aku menangis dan bersedih.
Bab II
Mengubah Pandangan
Semenjak pertemuan dengan pemuda itu membuatku penasaran mengenai arti dari Mimpi. Sebelumnya aku pernah mempunyai mimpi, saat masih SMP dahulu. Kala itu bu guru menanyakan impianku apa. Lantas tanpa pikir panjang aku menjawab "ingin menjadi Dokter". Sebab aku ingin menyembuhkan penyakit Nenek, sosok wanita yang telah membesarkanku. Namun impian itu sirna, dikarenakan biaya. Aku harus putus sekolah dan mengecam pendidikan sampai Kelas 3 SMP saja. Padahal nilai disekolah ku cukup bagus. Sebab aku selalu Ranking 1 dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Alhasil mimpi itu hilang bersama luka hati setelah ditinggal pergi Nenek tercinta.
Keesokan harinya, aku kembali beraktifitas seperti biasanya. Hanya saja suasana pagi ini terlihat berbeda. Tampak Pomo dan Tuti sedang ngobrol serius di belakang kantor.
Tuti : Aak sebenarnya aku uda lama suka sama kamu. ( berbicara dalam keadaan malu malu)
Pomo : Serius Ti?? ( tampak wajahnya bersinar)
Tuti : serius lah Aak, masak bohongan.
Pomo : aku juga Ti, uda lama Aak naksir kamu. Aak takut ditolak makanya gak pernah nembak kamu.
Tuti : ( senyum malu malu)
Pomo : berati kita resmi jadian nih!! ( Aak langsung memeluk Tuti dalam keadaan bahagia)
Tuti : jangan Ak, malu dilihat orang nanti.
Pomo : Sorry Ti, Aak. Terbawa suasana!!
Tak ingin menjadi pengganggu aku memutuskan untuk keliling sebentar. Aku jalan sambil melamun mengingat kebahagian Tuti dan Aak. Hanya saja aku tak bisa merasakan indahnya cinta seperti yang dirasakan keduanya. Dikarenakan melamun, tanpa sadar aku hampir tertabrak mobil. Tiba tiba seorang Pemuda turun dari mobil dan menananyakan keadaanku.
Pemuda : sory,, sory,, kamu gak apa2
Gula : gak pa2 kok,, ( aku langsung bangkit)
Pemuda : hmm,, kalau gak salah kamu cewek yang di halte kemarin kan??
Gula : ( menoleh kearah si pemuda, dan terkejut)
Pemuda : Hai,, salam kenal aku Rio. Kalau nama kamu siapa??
Gula : Gu,, la ( gelagapan)
Rio : manis,, sama kayak orangnya ya ( tersenyum)
Gula : ( terdiam tanpa kata) tiba tiba hatiku berdebar sangat kencang.
Rio : hmm,, diliat dari seragamnya pasti kamu pegawai kantor Alam Baka.
Gula : ya,, aku kerja jadi OB disana.
Mendadak aku melihat jam dan pergi berlari. Begitu saja tanpa pamit. Sebab aku sudah telat bekerja. Sepanjang sejarah aku tak pernah terlambat bekerja. Aku lari terengah engah sampai kekantor.
Tuti : tenang La,, tarik napas dulu pelan pelan. Ini minum airnya,,
Gula : thanks ya Ti,, sembari meminum air.
Tuti : La,,oo,,la ada berita bahagia yang mau aku sampaikan.
Gula : apa Ti,, ( pura pura tidak tahu)
Tuti : aku sudah jadian sama Aak,, ( tersenyum bahagia)
Gula : selamat ya Ti, akhirnya perasaan kamu terbalas.
Tuti : ini semua berkat dukungan kamu La!!
Gula : (senyum tanpa Menjawab)
Kemudian Dodi and the gang nongki di Pantry sambil Menggibah. Mereka sangat serius ingin menanyakan gosip terbaru pada Mas Dodi.
Rangga : Dod ada gosip apa nih!!
Gilang : iya,, Dod kita penasaran nie
Dodi : jangan terkejut kelen ya woi,,
Rangga, Gilang : iya lo,,
Dodi : tadi aku dengar Pak Arsyad ngobrol bareng Rika. Katanya anak Pak Arsyad akan bergabung dikantor untuk sementara waktu. Sebab Pak Arsyad mau berangkat ke Singapura selama 3 bulan. Nah, anak si boss yang akan jadi Pimpinan sementara.
Gilang : agh,, aku kira ada apaan tadi. Kalau itu mah uda wajar. Namanya juga anak Bos, sudah pasti jadi pewaris nantinya.
Rangga : iya benar ntuk kata Gilang.
Dodi : masalahnya woi,, desas desus dikantor katanya anak Bos songong Lo..
Rangga, Gilang : masak sih Dod!!
Tuti : hus,, mas Dodi jangan ngawur. Pak Arsyad baik gethu kok orangnya. Mana mungkin anaknya songong.
Rangga, Gilang : benar juga kata Tuti.
Tuti : uda bubar sana kerja,, belum waktunya istirahat.
Lalu Dodi and the gang kembali bekerja setelah diusir Tuti.
Tuti : ada ada jha Mas Dodi ya La,,
Gula : ( aku hanya mengangguk)
Ketika jam Istirahat kantor!
Gilang : aduh laper banget woi,, kelen pesan apa.
Dodi : biasa aku pesan Mie.
Rangga : sama aku juga Mie.
Tuti : kalau mas Gilang pesan apa??
Gilang : Nasi jha deh pake telur dadar Ti.
Rangga : woi bro,, gak nyangka ya anak bos ganteng amat. Masih muda lagi.
Gilang : iya,, gak seperti kata kata si Dodi.
Dodi : eits,, jangan ketipu kelen woi. Biasanya orang ganteng sikapnya gak baik Lo.
Mendadak Rika nongol dan membalas perkataan Dodi.
Rika : huss,, ngaco kamu Dod. Jelas jelas Pak Rio orangnya baik. Apalagi wajahnya tampan banget. ( kesem sem sendiri)
Dodi : (ekspresi cemburu sembari membengkokkan sendok)
Rangga : kira2 usia Pak Rio berapa ya??
Rika : masih mudakok,, sekitar 20 tahun.
Gilang : mudah amat bro,, buat ngiri jha ya.
Rika : beda tipis la sama gue.
Rangga : Ngaco kamu Ka,,,,tetap jha tuaan Lo keles,,
Rika : beda dua tahun doang. Sekarang lagi musim brondong suka sama yang lebih tua ya.
Dodi : tetap jha beda,, ( tak berselera makan karena cemburu)
Kemudian Rika kesal melihat ekpresi Geng cowok dan pergi. Begitu pula Para Geng Cowok pergi karena jam istirahat telah usai. Sepintas dibenakku berfikir tentang cinta. Ada yang bahagia karena cinta, ada juga yang frustasi karena cinta. Tuti bahagia setelah jadian dengan Pomo. Sementara Mas Dodi patah hati karena mbak Rika menyukai anak Bos. Didalam Benakku berkata sungguh pelik jika harus jatuh cinta.
Tuti : La, La,, sadar La
Gula : ( terbangun dari lamunan)
Aku pun beranjak dari tempat duduk dan mulai membersihkan meja. Pada kesempatan itu Tuti memberikan nasihat padaku. Jika ada masalah maka aku harus mengeluarkan unek Unek dihati. Sebab bagi Tuti aku adalah sahabat baiknya. Meskipun aku hanya menganggap Tuti teman biasa. Karena aku tidak pernah terbuka padanya.
Hari telah senja dan waktunya pulang kerja. Aku bersiap siap pulang dan pamitan pada Tuti. Saat di gerbang kantor, aku melihat kearah sebrang jalan. Tampak penjual permen gulali dikerumuni oleh anak anak. Terpintas dibenakku bahagianya menjadi anak anak. Lalu aku teringat masa kecilku yang tak begitu indah. Namun saat itu aku mampu tersenyum tanpa mengemban masalah apapun. Mendadak suara kleson mobil terdengar dari arah belakang. Ketika menoleh aku melihat sosok Rio. Aku bertanya tanya mengapa Rio ada dikantor, di tempat aku bekerja. Kemudian Rio datang menyapa ku.
Rio : Hai La,, mau pulang ya!! Bareng jha yuks
Gula : spontan aku menjawab, gak usah Pak.
Rio : hahaha,,, gak usah panggil Pak segala. Kamu gak perlu formal kali kalau ngomong sama aku La.
Gula : ha?? ( terdiam begok)
Aku tak menyadari mengapa lisanku memanggil Rio dengan sebutan Pak. Tiba tiba Rio membuka pintu mobilnya dan menyuruh aku naik. Dikarenakan Rio terus memaksa, membuat aku tak berdaya menolaknya.
Gula : thank ya Rio, uda kasih tumpangan.
Rio : biasa jha La, kan aku yang nawari duluan.
Gula : kamu ngapain disini??
Rio : hahahha, hhhahaahhahaaa ( tertawa ngakak)
Bukannya kamu uda tahu siapa aku??
Gula : ha?? emangnya kamu siapa?
Rio : wah parah kamu La,, jadi ngapain tadi kamu panggil aku Pak.
Gula : ( pasang muka bego)
Rio : aku tuh Rio, anaknya Pak Arsyad.
Gula : Owh,,( tetap tenang meskipun syok berat)
Rio : ( lanjut ngakak melihat kepolosan Gula)
Rio : btw usia kamu berapa La??
Gula : 16 tahun Pak,, Oops Sorry maksud ku Rio
Rio : owh masih muda ya,,
La Jangan panggil bapak kalau diluar kantor. Panggil Rio jha ya,,
Rio : berati kamu masih sekolah dong??
Gula : gak,, aku uda putus sekolah karena biaya.
Rio : sayang amat La,, kamu gak kepikiran sekolah lagi??
Gula : ( diam membisu dan tak menjawab)
Rio : sory, sory La! Aku gak maksud buat kamu sedih.
Mendadak suasana hening tanpa pembicaraan sama Sekali. Akhirnya aku sampai kerumah dan pamitan dengan Rio.
Setibanya dikamar, aku mengambil kaleng tua tempat aku menyimpan uang. Aku memandangi tabunganku sembari mengingat kata kata Rio tadi. Apakah mungkin aku bisa sekolah lagi?? Berbagai pertanyaan terlintas dibenakku. Meskipun usiaku dibilang masih muda, namun fisik ku tampak dewasa. Setelah berfikir aku memutuskan menyimpan kembali tabunganku.
Selama tiga hari aku tidak masuk kerja. Aku telah izin pada Mbak Rika melalui pesan. Pertanyaan Rio membuat hatiku sangat pilu sehingga tak Semangat beraktifitas. Lantas dering HP ku terus berbunyi karena Tuti dan Pomo sangat mengkhawatirkan keadaanku. Namun aku belum siap berinteraksi dengan orang lain. Lalu kuputuskan menghirup udara segar di taman, letaknya jauh dari rumah. Ketika duduk termenung ditaman, aku dihampiri oleh Rio. Sontak hal itu membuat aku syok berat. Dibenakku bergumam, orang yang tak ingin kutemui adalah Rio. Maka aku memilih absen kerja agar tak melihatnya. Siapa sangka dia muncul tepat disebelahku.
Rio : Hai La,, gimana kabar mu??
Gula : kamu ngapain disini??
Rio : emang kamu gak liat, aku baru siap Jogging. Taman ini dekat dengan kompleks rumah ku La.
Kamu sendiri ngapain La, jauh amat mainnya??
Gula : iya,, aku biasa disini kalau banyak fikiran.
Rio : ada pa La?? Kok kamu absen selama 3 hari?? Kamu sakit ya??
Gula : hmmm,, iya gak enak badan ( terpaksa bohong)
Rio : uda berobat La??
Gula : udah di klinik dekat rumah.
Rio : La sini HP kamu, aku pinjam bentar
Gula : ini,, ( wajah bingung)
Rio : ini no WA aku, chat kapan pun kamu perlu teman curhat. Oke deh aku lanjut lagi olahraganya.
Setelah Rio pergi, aku pun memutuskan pulang kerumah. Tak lama telpon ku berdering panggilan dari sepupuku yang bernama Miko.
Gula : ada apa Ko??
Miko : La mama sakit, uda dua hari dirawat inap.
Gula : sakit apa Ko,,, oke aku segera kesana. ( wajah panik)
Aku beranjak pergi ke rumah sakit untuk ngeliat Bude. Btw Bude adalah kakak dari ibu yang melahirkanku. Setibanya dirumah sakit Miko langsung memelukku.
Miko : uda dua hari Mama belum sadarkan diri La. ( sambil menangis )
Gula : sabar Ko,, Bude pasti baik baik jha.
Miko : ( masih menangis, Tampak wajahnya sangat pucat).
Gula : Ko ayo kita ke kantin makan dulu. Kamu harus makan biar bisa jagain Bude.
Walaupun Miko keras kepala, tapi dia paling nurut sama aku. Miko sudah anggap aku seperti adik kandungnya sendiri. Tanpa sadar aku sudah dua hari dirumah sakit dan absen kerja lagi. Lalu Mbak Rika nelpon aku untuk menanyakan kabar.
Rika : La gimana kabar kamu, uda 5 hari lo kamu gak masuk kerja.
Gula : iya Mbak maaf ya lupa ngabari. Besok aku jelasin dikantor sekalian nyerahin surat dokter.
Rika : yauda sampai jumpa besok La,,
Aku harus berbohong karena uda absen terlalu lama. Maka dari itu aku meminta surat sakit dari dokter klinik terdekat rumah. Aku harap Bude lekas sembuh. Begitu juga Miko harus tetapsehat agar bisa menjaga Bude dirumah sakit.
Esok harinya,,,
Tuti : La,, tega amat kamu sama aku ( sembari memeluk)
Pomo : iya La, kasian Tuti stres mikirin kamu.
Gula : maaf ya Ti, Ak gak ngabarin kalian. Aku gak enak badan makanya absen kerja.
Tuti : yauda gak apa2 yang penting kamu uda sehat sekarang.
Tak lama rombongan Geng Dodi datang menyapa.
Dodi : La, kamu kemana jha sih bikin khawatir aja.
Gilang, Rangga : iya La,,,
Pomo : husss kepo amat kalian, kerja sana.
Dodi, Gilang, Rangga : hmmm,, ganggu jha nih si Aak.
Ketiga pria pun bubar kembali bekerja. Lalu aku keruangan Mbak Rika menyerahkan surat sakit.
Gula : ini Mbak surat nya
Rika : La sekarang keadaan kamu gimana?? Uda sehatkan??
Gula : uda Mbak, thanks ya Mbak uda khawatir.
Rika : pasti dong La, kamu kan rekan kerja aku.
Mbak Rika merupakan seorang Karyawati yang pintar, cerdas dan cantik. Sifat bijaksananya yang membuat aku respect pada Mbak Rika. Mendadak muncul Pak Rio hendak masuk ke ruangannya. Aku hanya terdiam ketika melihat Pak Rio. Lalu aku segera keluar ruangan dan kembali bekerja. Anehnya setiap kali melihat Rio membuat jantungku berdetak amat kencang. Perasaan ini yang membuat aku sulit melihat wajahnya. Ketika sampai di Pantry, Tuti menyapaku.
Tuti : La, kamu kenapa?? Kok wajah kamu merah??
Gula : gak apa2 kok Ti, cuma agak kepanasan jha.
Tuti : owh aku kira kamu masih sakit. Ntar ku buatkan minuman yang segar segar ya. Biar kamu gak kepanasan.
Entah mengapa aku tak bisa terbuka pada Tuti. Aku tak terbiasa mengutarakan unek unek dihatiku pada orang lain. Dikarenakan aku memanglah sosok wanita introvert akut. Saat jam makan siang, seperti biasa Geng Dodi mulai menggibah. Mereka selalu membahas sosok Rio yang sempurna. Dan lagi lagi aku hanya bisa mendengarkan cerita tentang Rio dari mulut orang lain. Sementara Mbak Rika tetap mengagumi sosok Rio secara terang terangan.
Bab III
Pertemuan Hati
Ketika pulang kerja Aku disapa oleh Rio.
Rio : La, pulang bareng yuk!!
Gula : hhmm gak usah, aku mau ke swalayan Rio, jadi jalan jha.
Rio : yauda aku temanin ( sambil membuka pintu mobil)
Alhasil mau gak mau aku harus bareng Rio. Lalu kami tiba di swalayan terdekat kantor. Aku pun bingung hendak membeli apa. Kemudian aku mengambil minuman dan roti sebagai alasan. Sekalian aku belikan Rio minuman segar sebagai balasan telah mengantar aku pulang. Setibanya di mobil, aku langsung memberikan minuman untuk Rio.
Rio : Thanks ya La,, uda ngerepotin.
Gula : Gak kok,, gak repot sama sekali.
Rio : btw La,, kok kamu gak pernah Wa aku sih. Padahal aku berharap kamu ngabarin aku.
Gula : Sory ya Rio,, aku lupa.
Rio : sini berapa no kamu La, biar aku jha yang chat duluan.
Gula : ( agak ragu sambil membacakan no hpnya)
Rio : Okeh,, uda ku chat ya!!
Gula : iya,, ( langsung balas chat Rio)
Rio : La kamu marah ya sama aku??
Gula : enggak kok,, cuma aku ada sedikit masalah jha. Sudah beberapa hari Bude aku dirawat dirumah sakit.
Rio : owh,, pantes aja kamu gak masuk kerja. Gws ya La,, buat bude kamu.
Gula : Thanks ya Rio atas doanya.
Hmm,, Rio seandainya,,,,
( pembicaraan terhenti karena aku ragu membicarakannya dengan Rio) sebenarnya aku ingin membahas mengenai impianku dengannya. Namun mulutku tak kuasa untuk terbuka padanya.
Rio : ada apa La,, seandainya apa??
Gula : Sorry aku lupa mau bilang apa.
Tak lama aku sampai dirumah dan melihat keberadaan Miko. Lantas aku segera pamit pada Rio dan menghampiri Miko. Tampak dari wajah Rio penasaran siapa Miko sebenarnya. Hanya saja Rio tak menanyakan langsung pada ku. Lalu mobil Rio meninggalkan pekarangan halaman rumah ku.
Miko : La siapa dia??
Gula : owh,, dia Rio anak Pak Arsyad.
Miko : anak bos kamu? Masih muda La,, ganteng lagi.
Gula : ada apa Ko, kenapa kamu datang?? Gimana Bude??
Miko : aku mau ngajak kamu makan La,,, Laper!! Kalau Mama uda baikan La. Kata dokter dua hari lagi udah bisa pulang.
Gula : syukur la Ko, semoga Bude sehat selalu ya. Yauda kita makan dirumah aja, biar aku yang masak.
Miko : siap La,, aku rebahan dulu ya sembari nunggu kamu siap masak.
Tampak wajah Miko. Memperhatikan gubuk tua tempat aku tinggal. Sebenarnya Bude sudah lama mengajak aku tinggal dengannya. Tetapi aku selalu menolak ajakan Bude. Sebab aku tak ingin meninggalkan rumah peninggalan Nenek.
Malam harinya,,,
Dering pesan berbunyi dari Wa,, ternyata Rio menge-chat aku terlebih dahulu.
"Isi pesan"
Rio : lagi apa La??
Gula : (membaca pesan sambil berfikir)
Perkara balas membalas pesan belum pernah ku lalui sebelumnya. Aku bingung harus membalas apa. Aku menyadari diriku sangat kaku dan membosankan.
Setengah jam kemudian,,
Gula : lagi dikamar ( balasan chat ku pada Rio)
Rio : (mengirimkan striker tertawa sambil. Mengucapkan selamat malam)
Sementara aku hanya membaca pesan Rio tanpa. Membalasnya.
Lantas selama beberapa hari aku terbiasa membalas Chat Rio. Perlahan lahan hidupku berubah karena hadirnya Rio. Sebab dia tak pernah bosan memulai percakapan denganku terlebih dahulu. Meskipun terkadang aku tak merespon, Rio selalu bisa mencari cara untuk menembus dinding pembatas diantara kami. Hingga suatu ketika aku tersenyum dengan sendirinya membayangkan kebersamaan dengan Rio. Hal Itu berlangsung sebulan lamanya. Tiba tiba suasana berubah dalam seketika saat Rio mengajakku ke Party temannya. Sebenarnya Rio adalah Mahasiswa kedokteran yang berada di semester 4. Dikarenakan membantu Pak Arsyad, Rio mengambil cuti dari kampus selama 3 bulan. Namun ajakan Rio membuat ku tak bisa berkata kata. Ingin rasanya aku menolak ajakan Rio. Akan tetapi Aku tak sanggup membuat Rio kecewa.
Gula : Kapan acara Partynya Rio??
Rio : malam minggu ini La,, Pokoknya kamu harus temanin aku ya,,
Gula : iya,, ( sambil tersenyum palsu)
Esok hari saat jam istirahat Kantor.
Tuti : La,, la kok bengong??
Gula : hah,, gak papa kok Ti.
Tuti : jujur jha La ada apaan sih.
Aku baru teringat kalau selama ini, aku gak pernah curhat pada Tuti. Alhasil hari ini aku memberanikan diri berbicara dengan Tuti.
Gula : Ti sebenarnya ada teman aku yang ngajak Ke Party!!
Tuti : wow,, Party!! Bagus dong La!! Jadi apa masalahnya??
Gula : aku belum pernah pergi ke Party selama hidupku.
Tuti : hmm,, tenang jha La!! Kamu berbicara dengan orang yang tepat. Aku pasti buat kamu jadi Cinderella diacara Party itu.
Gula : gak perlu Ti,, aku gak mau ngerepotin.
Tuti : tenang jha sama sekali gak repot kok. Btw kakak sepupu aku designer lo. Pastinya banyak gaun cantik yang bisa kamu pakai. Pokoknya hari sabtu Kamu kerumah aku ya. Sekalian aku dandani bak putri. ( ngoceh ngoceh sendiri dengan ekspresi bahagia)
Dikarenakan ajakan Rio, aku jadi berani membuka diri. Hal itu membuat Tuti sangat senang. Sebab pada dasarnya Tuti ingin melihat aku bahagia. Selama mengenal aku, Tuti selalu melihat sosok diriku yang suram tanpa ekspresi. Kali ini dia sangat antusias membantu agar Aku bisa berbaur di Party. Sekali lagi aku berterima kasih atas peran Rio yang mampu mengubah hidupku menjadi lebih baik.
Menjelang Party.
Aku dan Tuti telah tiba dirumah sepupunya bernama Mbak Mia. Segera Tuti mengenalkan aku pada Mbak Mia. Tampak sosok Mbak Mia sangat cantik dan elegan bak model. Lalu Mbak Mia menarik tubuhku dan melihat model baju apa yang cocok aku kenakan. Insting desainer Mbak Mia mulai terlihat menggebu gebu,,dari caranya memilih busana yang akan aku pakai. Selesai memakai gaun pilihan Mbak Mia, aku syok berat. Siapa sosok gadis yang dicermin itu, sehingga aku tak mengenalinya.
Tuti : Wow,, cantik amat kamu La. Sumpah aku gak tipu tipu.
Mbak Mia : gak sia sia Mbak ngeluarin bakat yang terpendam ini. ( memasang wajah bangga sembari tertawa)
Gula : thank banget ya Mbak Mia, Ti atas bantuan kalian.
Tuti : aman La,, asalkan kamu senang di Party nanti.
Gula : oke,, ( memandangi wajah Mbak Mia dan Tuti dengan penuh haru)
Setelah itu aku kembali kerumah diantar oleh Tuti. Sebab Rio mengatakan akan menjemputku dirumah sekitar jam 8 malam. Tuti terus mengoceh sepanjang jalan untuk menghiburku. Sebenarnya Tuti penasaran aku akan pergi Party dengan siapa. Namun Tuti tak berani bertanya lebih dalam tentang Pria yang ingin kutemui. Sementara aku pun tak ingin kedekatan ku dengan Rio diketahui oleh Rekan kerja.
Malam harinya.
Rio : ( Membunyikan kleson agar aku keluar dari rumah)
Gula : (berjalan perlahan sembari menuju mobil Rio)
Tampak ekspresi wajah Rio terkejut melihat perubahan diriku. Hanya saja Rio tak ingin membuatku malu dan bersikap biasa saja.
Rio : oke,, kita langsung meluncur ya La.
Btw,, kamu cantik malam ini.
Gula : ( wajah merona tersipu malu)
Didalam mobil Rio mengajak ku berbicara mengenai dirinya. Ternyata Rio sosok Mahasiswa yang sangat aktif dan banyak memiliki teman. Aku pun terbawa suasana ketika mendengarkan ceritanya. Sepintas aku terbayang keinginan ku yang ingin lanjut sekolah. Walaupun terkesan mustahil, namun saat didekat Rio aku malah percaya diri.
Tak lama kami tiba di acara Party. Rio mengenalkan ku pada teman temannya. Tampak Rio sangat Friendly dan baik hati. Aku sengaja menjauh dari Rio dan teman teman sambil menikmati hidangan Pesta. Dari kejauhan aku memperhatikan Rio berkomunikasi dengan teman temannya. Tanpa sadar aku ingin memiliki kehidupan yang pantas. Sebab jika aku ingin menjadi orang terdekatnya,, pastinya harus bisa menjadi orang yang pantas. Rasa insecure ini membuat aku ingin bangkit dari keterpurukan ku.
Rio : Hai La,, kok ngelamun jha?? Bosan ya??
Gula : gak kok,,cuma aku nya jha gak terbiasa suasana pesta.
Rio : oke deh kalau gethu kita ke tempat lain jha. Ke cafe gethu ngobrol sambil makan.
Gula : gak usah Rio,, aku betah kok
Rio : uda sini buruan ikut ( tangan Rio memegang tanganku)
Selang beberapa waktu kami tiba di cafe. Suasana Cafe nya sangat cocok dengan ku. Sepertinya Rio telah mengenalku dengan baik. Setelah memesan makanan, Rio mengajakku ngobrol bareng.
Rio : La,, kira2 kamu masih ke fikiran dengan Impian??
Gula : tadinya aku gak percaya dengan mimpi ataupun impian. Namun setelah bertemu dengan kamu, perlahan duniaku berubah. Meskipun kamu gak menyadarinya, tapi kamu udah buat aku sadar. Keinginan lama aku yang terkubur di sanubari, kini bangkit dan bergejolak. Sebenarnya Rio, aku ingin melanjutkan kan Pendidikan aku yang terputus. Tetapi aku ragu, apakah aku pantas mempertahankan mimpi itu. ( sepintas aku sadar baru pertama kali, aku ngomong panjang lebar dengan orang lain).
Rio : aku yakin kamu bisa La,, pastinya aku akan dukung kamu terus.
Thanks ya La, uda mau bangkit dari rasa takutmu. Kamu uda berusaha yang terbaik dan aku yakin kamu pasti bisa. ( dengan wajah tersenyum)
Mendengar omongan Rio membuat aku semakin percaya diri untuk bangkit. Baru kusadari makna dari debaran jantung yang selalu ku rasakan. Ternyata debaran itu adalah cinta, aku telah jatuh hati pada Rio. Tuhan,,apakah ini kehidupan indah yang sebenarnya. Engkau telah menghadirkan sosok Pemuda yang mampu membuat hatiku luluh.
Gula : Thank ya Rio, telah hadir dihidupku. Oopss sory, maksudnya telah menyemangatiku. ( hampir salah ucap)
Rio : sama sama La,, aku turut bahagia. Aku juga senang bisa kenal kamu. ( sambil menatap tajam Gula)
Bab IV
Perasaan yang nyata
Tanpa terasa waktu berjalan hampir 3 bulan. Rio akan meninggalkan kantor ketika Pak Arsyad balik ke Indonesia. Lantas Rio mengajak makan malam untuk merayakan perpisahan, karena Rio tak akan bekerja lagi. Perasaanku bercampur aduk antara sedih dan bahagia. Aku senang bisa membuka diri dengan orang lain. Namun aku sedih harus berpisah dari Rio. Sebelum bertemu aku pergi membelikan hadiah sebagai salam perpisahan. Akhirnya aku menemukan barang yang cocok untuk diberikan pada Rio.
Malam pertemuan di Cafe.
Rio : hmm,, La kok kamu diem jha. Pasti sedihnya gak bakal jumpa aku lagi.
Gula : iya ( sambil mengangguk)
Rio : bodoh,,, ( sambil menyelentik dahi diwajahku)
La,, aku nggak kekantor lagi bukan berati kita gak ketemu kan. Bisa aja kita jumpa diluar seperti malam ini. Atau misalnya kamu bosan aku bisa nemenin kamu nonton kan??
Gula : hah,,, ( masang muka bodoh)
Rio : iya dong La,, kamu gak percaya??
Gula : emangnya mungkin?? Kamu pasti sibuk.
Rio : sesibuk sibuknya aku pasti punya waktu buat kamu La. Buktinya meskipun kita satu kantor, kita jarang jumpa kan. Malahan kita lebih sering jumpa diluar.
Gula : owh iya,, bener bener ( wajahku tertawa bahagia)
Rio : nah gethu dong La,,
Hmm,, lagian kalau kamu kangen kan bisa chat aku. ( rada malu malu)
Gula : hah,,, ( malah bengong)
Gula, Rio : ( ngakak bareng melihat ekspresi masing masing)
Setelah itu aku memberikan cindera mata pada Rio. Tampak Rio sangat senang dan langsung membuka kado tersebut. Ketika membukanya Rio sangat senang melihat kado pemberianku. Sebab aku memberikan Rio gantungan ponsel sama seperti punyaku. Awalnya aku ragu memberikannya, namun akun bertaruh pada diri sendiri. Jika Rio menolaknya berati dia tak menyukaiku. Namun Jika Rio menerimanya berarti aku masih ada peluang dekat dengannya. Dengan sigap Rio memasang gantungan itu di ponselnya. Rio mengucapkan Terima kasih padaku karena telah memberikannya benda berharga.
Esok harinya saat di kantor.
Mendadak Mbak Rika memintaku menemui Pak Arsyad di ruangannya. Hal itu membuatku cemas, mengapa tiba tiba Pak Arsyad memanggilku. Setibanya diruangan, aku bertanya to do point pada Pak Arsyad.
Gula : ada apa ya pak,, Saya dengar dari Mbak Rika bapak memanggil saya.
Pak Arsyad : iya La,, emang benar. Ada hal yang ingin saya diskusikan dengan kamu. Kantor kita mempunyai program beasiswa pendidikan. Jadi saya ingin memasukkan nama kamu didaftar beasiswa. Gimana kira2 apa kamu setuju??
Gula : ( diam membisu karena syok)
Pak Arsyad : Dari CV saya lihat kamu putus sekolah. Maka dari itu saya ingin kamu melanjutkan study sampai menjadi Sarjana. Dengan catatan kamu tetap mengabdi pada Perusahaan Alam Baka. Lagian kalau kamu sekolah nanti, kamu tetap bekerja sebagai pegawai paruh waktu.
Gula : Mau Pak,, Saya bersedia ( menangis haru)
Terima kasih banyak ya Pak sudah memilih saya.
Pak Arsyad : sudah menjadi tugas atasan memperhatikan para karyawannya. Jadi saya minta kamu harus bersungguh sungguh demi perusahaan kita.
Gula : siap Pak jawabku,,
Setelahnya aku membagikan kabar bahagia itu pada Tuti dan Pomo. Disana juga terdapat geng Dodi dan Mbak Rika. Mereka turut senang karena aku mendapatkan beasiswa dari perusahaan. Tuti langsung memelukku dengan erat. Sementara Pomo menangis haru atas berita bahagia itu. Lantas ruangan Pantry dipenuhi tawa karena kebahagiaan yang kualami. Perlahan lahan aku mulai terbuka dengan rekan kerjaku tampa canggung seperti dulu lagi. "Awal baru, semangat baru menyapa hidupku sekarang ini".
Bab V
Kehidupan Kantor
Tanpa terasa aku telah memasuki Sekolah Menengah Atas. Aku mulai berbaur dengan teman teman. Hari- Hari yang kujalani berlalu dengan baik. Ketika pulang sekolah, aku mulai bekerja seperti biasanya. Sudah hampir Enam bulan aku tak berkomunikasi dengan Rio. Aku pun tak berani mengirim pesan padanya. Bahkan ketika ada kesempatan aku tak berani bertanya pada Pak Arsyad. Sehingga batinku sesak menahan perasaan rindu pada Rio. Setibanya dikantor, aku mendapati suasana tegang berasa diruangan kerja. Tampak Gilang dan Rangga panik melihat sahabat mereka si Dodi. Lantas aku bertanya pada Tuti apa yang terjadi sebenarnya.
Tuti : ceritanya gini La,, tadi Mas Dodi sama Mbak Rika bertengkar hebat lo. Dikarenakan Mbak Rika penasaran dengan keadaan Pak Rio. Lalu Mbak Rika memutuskan menelpon Pak Rio. Kemudian Mas Dodi tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka. Setelah menutup telponnya, Mas Dodi langsung ngelabrak Mbak Rika. Cerita lanjutannya kamu tahu sendiri lah La gimana,,
Gula : ( hanya bengong tanpa berkomentar)
Dibenakku syok berat setelah mendengar Mbak Rika berkomunikasi dengan Rio. Sementara aku tak pernah menghubungi Rio sama sekali. Mendadak aku patah hati dan tidak sanggup berkata kata lagi.
Tuti : La,, la,, kok bengong sih?? Tadi kamu penasaran,, sekarang malah terbodoh.
Gula : gak apa Ti,, aku cuma kasihan liat Mas Dodi.
Tuti : sama La aku juga. Padahal Mas Dodi tulus suka sama Mbak Rika.
Tak lama Pomo datang memotong pembicaraan.
Pomo : hidup itu tak seindah yang kalian bayangkan. Betul Mas Dodi kasihan. Tetapi kita harus fikirkan juga perasaan Mbak Rika. Sebab cinta itu bukanlah sebuah pemaksaan. Contohnya hubungan Aak dengan Tuti, mulus mulus saja. Hal itu terjadi karena Aak dan Tuti saling mencintai.
Tuti : Udah Dong Ak jangan gombal, aku kan jadi malu.
Tuti, Pomo : ( saling memandang penuh cinta)
Setelah mendengarkan nasihat singkat Aak membuatku sadar. Bahwa cinta itu terjadi dikala dua insan saling meyukai.
Keesokan harinya saat dikantor.
Tampak suasana membisu karena hubungan Mas Dodi dan Mbak Rika memburuk. Keadaan genting itu membuat Gilang dan Rangga stres. Sebab mereka tak bisa tertawa seperti biasanya. Lalu Gilang dan Rangga pergi ke Pantry sembari ngopi bareng.
Rangga : La kopi satu ya, pake kamu..oopss maksud aku gulanya sikit jha. (Plesetan)
Gilang : iya La aku juga sama.
Gula : iya Mas siap
Rangga : suntuk,, amat ya Lang. Kalau suasana gini terus aku lama lama tua.
Gilang : iya nih,, bingung banget aku.
Gula : ini Mas kopinya ( menyajikan buat Gilang dan Rangga)
Gilang : ntar deh La,, ada yang mau aku bilang.
Gula : ada apa Mas??
Gilang : tolong dong kamu bujuk Mbak Rika biar akur lagi sama Dodi.
Gula : hahhh,,, gimana caranya Mas??
Kayaknya aku gak bisa lah. Cobak minta tolong Tuti aja deh.
Rangga : uda La,, tapi Tuti nolak. Masak katanya si Rika galak. Gak berani dia ngajak ngobrol. Makanya aku dan Gilang minta kamu yang ajak bicara.
Gula : yaudah deh Mas aku coba ( ragu ragu)
Malam harinya saat di gubuk Tua peninggalan Nenek. Aku melamun memikirkan cara mendamaikan Mbak Rika dan Mas Dodi. Lantas aku terpikirkan sosok Rio yang bijaksana. Jika Rio jadi diriku apa yang akan dilakukannya ya. Sepintas aku teringat kegigihan Rio saat mendekatiku. Seberapa tinggi tembok yang ku pasang, Rio mampu meruntuhkan tembok tersebut. Kemudian ide cemerlang muncul di benakmu.
Keesokan harinya sebelum mulai bekerja, aku mengumpulkan Tim untuk diajak kerja sama. Setelah semuanya hadir aku mulai rapat dengan mereka sembari menjalankan Misi. Aku akan mengajak Mbak Rika makan di cafe malam ini. Sementara Rangga dan Gilang akan mengajak Mas Dodi makan di Cafe yang sama. Selebihnya biar alam yang memecahkan suasana renggang diantara keduanya. Akhirnya malam harinya aku ketemuan dengan Mbak Rika di Cafe One Heart.
Rika : tumbem amat kamu ajak Mbak makan diluar La. Ada apa nih?? Mau curhat ya??
Gula : ya Mbak
Rika : kita pesan makan dulu ya baru ngobrol.
Setelah pesanan tiba, aku dan Mbak Rika melanjutkan obrolan. Tampak dibangku belakang Gilang dan Rangga telah tiba bersama Mas Dodi. Hanya saja Gilang dan Rangga memakai Cosplayer agar tak dikenali Mbak Rika.
Rika : ada apa emangnya La,,,
Gula : Gini Mbak,,aku punya temen yang uda lama gak ada kabar. Namun aku gak berani chat duluan menanyakan kabarnya.
Rika : hmmm,, teman apa temen. Owh alah ternyata kamu uda dewasa ya La. ( sambil tertatawa)
Rika : gini La,, jika kamu penasaran kabarnya gak ada salahnya bertanya. Toh kamu punya nomor kontaknya. Kenapa harus ragu chat duluan. Coba deh kamu bayangin seandainya teman kamu berharap dihubungi duluan. Bisa aja dia ingin kamu yang lebih dulu memberi kabar.
Gula : aku gak kepikiran seperti itu Mbak,, aku hanya takut menggangu dia jika memberi kabar.
Rika : La gak semua hal itu menakutkan lo. Jadi kamu harus membuka diri buat orang orang yang ingin dekat sama kamu.
Gula : kayak Mas Dodi ya Mbak,, tampak Mas Dodi care banget sama Mbak Rika lo.
Dari kursi belakang, Geng Dodi mendengarkan percakapan Rika dan Gula. Tampak mereka mulai tegang mendengar jawaban Rika.
Rika : kalau itu beda La,, sebab Dodi suka marah marah gak jelas sama Mbak.
Gula : Mbak kalau menurutku,, Mas Dodi pasti punya alasan kenapa dia marah. Yang pastinya Mas Dodi gak mau liat Mbak Rika tersakiti. Kan Mbak sendiri yang bilang gak semua hal menakutkan. Coba Mbak lihat sendiri dengan mata terbuka Mas Dodi gimana sebenarnya.
Rika : Menurut aku La,,Dodi orangnya baik banget. Terkadang suka resek dan buat aku kesal. Namun terkadang dia juga bisa buat aku tertawa lepas.
Gula : Nah,, Mbak uda sadarkan Mas Dodi seperti apa. Menurutku Mas Dodi saat ini sangat sedih karena bertengkar sama Mbak. Aku tau Mbak kesal, namun marah berlarut larut gak baik Mbak. Seandainya malam ini Mas Dodi minta maaf, Mbak mau maafin Mas Dodi???
Rika : ya iyalah La,, mana mungkin aku sekejam itu La.
Mendengar kata kata Bijak dari mulutku membuat wajah Gilang Merona. Tampak Gilang terpukau karena melihat perubahanku. Mendadak Dodi nongol menyapa meja kami.
Dodi : Ka aku minta maaf ya uda buat kamu kesal.
Rika : what?? Kamu kok bisa disini??
( ekspresi bego)
Dodi : tadi kamu bilang sama Gula mau maafin aku.
Rika : iya emang,, tapi kan
Dodi : gak ada tapi tapiaan,, kamu harus maafin aku.
Setelahnya muncullah Gilang dan Rangga memecahkan suasana. Lantas kami ngakak bareng sembari saling menatap. Lalu Rangga dan Gilang menarik ku keluar cafe. Sebab mereka ingin membiarkan kedua insan ngomong dari hati ke hati. Kemudian Rangga pulang terlebih dahulu. Sementara Gilang memaksa mengantar ku sampai kerumah. Semenjak kejadian itu Gilang mulai mengakrabkan diri dengan ku. Begitu juga dengan diriku yang membuka diri untuk Gilang.
Tanpa terasa setahun telah berlalu, hubungan Mbak Rika dan Mas Dodi berkembang pesat. Sementara Tuti dan Pomo memutuskan untuk Menikah. Lantas mereka mengundang teman sekantor untuk menghadiri acara resepsi minggu ini. Aku turut bahagia atas pernikahan kedua sahabat baikku. Pada acara resepsi pernikahan nanti, Gilang mengajakku pergi bareng. Tampak Tuti dan Pomo mendukung Gilang untuk mendekatiku. Hanya saja di hatiku telah ada orang lain. Maka aku tidak bisa membiarkan Gilang masuk ke relung hatiku yang terdalam. Semenjak mendengar nasihat Mbak Rika, membuatku sadar satu hal. Kemungkinan Rio sama sekali tak tertarik padaku. Ku pandangi Nomor hp Rio yang terpampang di kontak. Namun aku tak berani memulai pembicaraan terlebih dahulu. Lagi lagi aku mengurungkan niat itu dan mematikan HP ku.
Hari pernikahan Tuti dan Pomo.
Aku dan Gilang pergi bareng ke acara Resepsi kedua sahabatku. Begitu pula Mbak Rika berpasangan Dengan Mas Dodi. Sementara Rangga bareng pacarnya ikut bergabung bersama kami. Tampak suasana bahagia menyelimuti acara resepsi Tuti dan Pomo. Tak lama muncullah sosok Rio bersama wanita cantik berada disebelahnya. Wanita itu bernama Ria dan dia adalah pacar Rio. Melihat kenyataan pahit itu membuat aku syok berat. Tubuhku serasa disambar petir melihat keduanya tersenyum bahagia. Lalu kedua insan datang menyapa kearah tempat aku berpijak.
Dodi : Hai Pak Rio, apa kabar nie!! Hmm,, ngomong-ngomong siapa yang di sebelah??
Rangga : gilak kamu ya Dod,, pake nanyak lagi. Ya pasti pacar Pak Rio lah.
Rika : Pak Rio apa kabar,, uda lama banget gak jumpa.
Rio : iya uda lama aku gak ketemu kalian semua. Jangan panggil Pak dong, setidaknya saat diluar kantor. ( sambil tertawa)
Rio : kenalin ini pacar aku Namanya Ria.
Ria : Hai semua aku Ria, pacarnya Rio. Kami uda pacaran dari SMA sampai sekarang ini.
Gilang : awet banget ya,, senang rasanya liat Rio bahagia.
Rio : thanks ya Lang,, Owh iya kelihatannya kalian makin dekat ( memandang kearah Gula sambil tersenyum)
Gilang : hmm,, gethu deh (tersipu malu)
Semua orang tampak bahagia, hanya aku saja yang sangat bersedih. Air mata hampir jatuh membasahi pipiku. Dikarenakan takut ketahuan aku bergegas pergi ke Toilet. Sesampai di toilet aku menangis terseduh seduh hingga mataku bengkak. Aku pun panik karena tidak membawa alat make up. Pada kesempatan itu aku memutuskan pulang terlebih dahulu. Lalu aku mengabari Gilang dari chat, agar dia tak panik mencari keberadaan ku.
Sementara diruangan Pesta, Gilang mengabari teman teman lain kalau aku pulang duluan karena sakit perut. Lalu mereka kembali berbicara seperti biasa, sampai acara pesta berakhir. Sedangkan aku sendiri menangis sepanjang malam sampai luka hatiku perlahan menghilang. Akhirnya aku memutuskan untuk cuti dari kantor dan fokus belajar. Keputusan ku didukung Pak Arsyad tanpa penolakan sama sekali.
Lantas Gilang sedih karena berpisah dariku untuk sementara waktu. Namun Gilang tak gentar, ketika ada kesempatan dia datang menghampiri aku dirumah. Meskipun tak ingin membuka hati, tetapi aku tak tega menolak Kegigihan Gilang. Aku menyambutnya dengan senyuman layaknya seorang teman. Patah hati yang kurasakan ini teralihkan dengan menghabiskan waktu belajar keras disekolah. Tanpa terasa hari kelulusan ku tiba. Bude dan Miko menjadi waliku diacara kelulusan. Mereka tampak bahagia melihat aku berjuang melanjutkan hidup setelah kepergian Nenek.
Setelah Lulus SMA aku mengambil kuliah kedokter atas rekomendasi Pak Arsyad. Sebab Pak Arsyad melihat prestasiku sangat baik saat disekolah. Dukungan Pak Arsyad yang tak henti hentinya pada hidupku, membuat aku bahagia. Dalam relung hatiku sebenarnya telah menganggap Pak Arsyad seperti sosok seorang ayah. Walaupun aku belum pernah merasakan kasih sayang ibu dan ayah yang sesungguhnya.
Suatu ketika perjalanan kehidupanku berubah, sebab siapa sangka aku bakal satu kampus dengan Rio. Ketika aku Ospek, Rio adalah senior yang memberikan arahan pada Mahasiswa baru. Aku tak menyangka bertemu lagi dengan Rio dan satu kampus dengannya. Diantara Panitia terdapat sosok Ria berada disana. Sssrrr,,, mendadak darahku serasa mendidih. Setelah Rio memberi kan pidato singkat, acara orientasi dimulai. Tampak Rio datang menghampiriku sambil memasang ikat rambutku yang lepas.
Rio : Hai La,, apa kabar kamu?? ( ekspresi wajahnya datar)
Gula : baa..aaik ( ekspresi Gugup)
Rio : akhirnya kesampaian juga impian kamu La,, selamat ya!!
Gula : iya,, sama sama
Riko : have Fun ya La,, aku kesana dulu
Dari kejauhan ku pandangi kepergian Rio. Lalu Ria menyapa Rio dan mengajaknya ngobrol. Mereka terlihat serasi dan sangat bahagia. Sementara aku hanya mampu memandangi nya dari kejauhan. Akhirnya hari berlalu dengan cepat, aku pun hendak pulang kerumah. Siapa sangka Gilang datang menjemputku menggunakan sepeda motor. Lalu aku naik ke motor Gilang dan kami pulang bareng. Setiap sore Gilang datang kekampus untuk mengantarku pulang. Aku sedikit terharu melihat kegigihan Gilang mendekatiku. Sempat aku berfikir untuk membuka hati buat Gilang dan melupakan Rio. Namun batinku selalu menolaknya dan memilih Rio tetap berada didalam relung hati terdalam. Sifat ku yang naif itu membuat diriku susah move on dari bayang bayang Rio.
Bab VI
Kenyataan dan Realita
Suatu ketika aku ingin masuk keruangan praktek. Sebenarnya jam praktek masih satu jam lagi dimulai. Namun aku ingin melihat lihat alat diruangan praktek dan memilih pergi terlebih dahulu. Setibanya disana, aku mendengar suara pertengkaran. Aku masuk diam diam dan bersembunyi dipojokkan. Saat menOleh aku mendapati keberadaan Rio dan Ria disana. Tampak mereka sedang bertengkar hebat. Aku ingin pergi namun takut ketahuan menguping pembicaraan.
Ria : Yo pa sih mau kamu sebenarnya. Akhir akhir ini kamu beda banget. Ada apa Yo??
Rio : gak ada apa Ya,, kamu jangan negatif jha lah
Ria : pasti kamu uda bosan sama aku kan?? Makanya kamu gini?? Jangan jangan kamu mau putusin aku.
Rio : kenapa sih kamu suka nuduh2 gak jelas.
Ria : habisnya kamu beda Yo,, aku uda gak tahan lihat kamu yang cuek banget. Setiap kali aku ngajak have Fun kamu selalu aja nolak. Sebenarnya kita pacaran gak sih Yo?? Kok tega kamu kayak gini ke aku??
Rio : ( hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun)
Ria : ingat ini ya Yo, sampai kapanpun aku gak akan pernah putusin kamu. Jadi jangan pernah kamu punya niatan mutusin aku. Kalau kamu maksa maka aku akan bunuh diri.
Rio : kenapa sih Ya,, kamu selalu ngancam bunuh diri. Kamu tahu sendirikan Mama meninggal karena bunuh diri.
Ria : makanya aku juga akan bunuh diri kalau kamu ninggalin aku. ( pergi meninggalkan ruangan)
Rio : ( diam tanpa kata sambil menangis)
Kemudian Rio pergi ke loteng kampus sembari berteriak histeris. Tanpa sadar kaki ku berjalan mengikuti kemana Rio pergi. Dari belakang aku memeluk Rio yang sedang menangis. Baru kali ini aku melihat sosok Rio yang sangat lemah bak seorang bocah. Kupeluk Rio dari belakang dan ikut menangis bersamanya. Setelah setengah jam berlalu Rio mulai tenang dan menoleh kearahku.
Rio : kamu kok disini La??
Gula : iya,, soalnya aku kalau stres sering ke loteng sekolah.
Rio : emang kamu stres apa??
Gula : hmm,, itu loh latihan prakteknya susah banget. ( mencari cari alasan)
Rio : kamu itu ya,, uda gede pun masih jha bertingkah kayak bocah. ( mengelus elus kepalaku)
Aku sengaja tak bertanya mengenai masalah Rio dan mengalihkan pembicaraan. Melihat Rio yang rapuh membuat hatiku berat untuk melupakannya. Mungkin takdir tak mempersatukan kami, namun aku tetap ingin menjadi sandaran bagi Rio. Maka dari itu aku memutuskan menerima Rio sebagai teman baikku.
Gula : Rio,, mulai detik ini aku akan setia menjadi teman curhat kamu. Jadi jika kamu sedih hubungi aku, maka dengan sigap aku akan muncul didepanmu.
Rio : yakin bisa La,, buktinya selama ingin kamu gak pernah ngabari aku.
Gula : hmm,,yakinlah
Sorry ya,, aku gak pernah kasih kabar sebelumnya.
Rio : aku tes ya,, kamu bisa dipercaya atau gak??
( sambil Mengechat aku di WA)
Kemudian aku mengecek HP dan langsung membalas pesan Rio. Lalu kami tertawa ngakak bersama sambil saling menatap. Aku sadar tindakan ku ini adalah hal yang bodoh. Sebab aku tahu ini pasti melukai hatiku berkali kali lipat lagi. Ditambah rasa cinta pada Rio semakin menggila saat aku didekatnya. Mungkin bagi Rio aku hanyalah seorang teman. Namun bagiku Rio adalah belahan jiwa yang tak bisa kugapai. Aku juga telah melukai Gilang dengan memulai kembali hubungan dengan Rio. Akan tetapi jika aku pergi maka Rio akan menderita tanpa sosok sandaran dihidupnya. Kemudian hari hariku berlalu mengitari keberadaan Rio. Tampak kami semakin dekat dan akrab dari sebelumnya. Siapa sangka hal itu menjadi bencana bagiku maupun Rio. Sebab berita kedekatan kami tersebar sampai santero kampus. Lalu sahabat Ria bernama Lulu menyampaikan kabar itu padanya. Lantas tanpa pikir panjang Ria ngelabrak aku di kantin.
Ria : hei junior,, sini kamu
Gula : ya kk,, ada apa ya??
Ria : dasar si muka polos, kamu tau kan Rio Pacar aku. Jadi kok berani kamu deketin dia??
Gula : gak kok kk,, kamu salah paham
Ria : alah ngaku kamu gak usah bohong.
Gula : beneran kok kak,,
Tak lama Rio datang menengahi pertengkaran.
Rio : Ya,, apaan sih kamu!! Kok nindas Junior segala.
Ria : Yo aku itu cuma kasih peringatan ke dia. Aku gak mau dia rebut kamu dari aku.
Rio : ya ampun Ya,, dia kenalan aku lo. Gula ini karyawan nya Papa dikantor. Karena kuliah jadinya Gula kerja part time di kantor Papa.
Ria : Oopss,, sory sory La,, aku gak tau. (Menyesal)
Gula : gak apa apa kok Kk,, aku maklum kok.
Yaudah aku ke kelas dulu ya. ( pergi sambil menahan air mata)
Aku tak menyangka kata kata Rio membuatku semakin terluka. Air mataku terus menetes membasahi wajah ini tanpa henti. Aku tak mau pergi ke loteng karena takut bertemu Rio. Pastinya dia mengira aku berada disana. Maka dari itu aku tetap didalam kelas sambil melamun. Siapa sangka Gilang datang menyapaku didalam kelas. Aku terkejut Gilang bolos ngantor demi datang ke kampusku. Namun aku salah sangka, sebab hari ini adalah jadwal Gilang Off. Lantas Gilang mengatakan hari ini dia berulang tahun. Aku tampak bingung hendak memberikan kado apa. Tetapi Gilang meminta agar aku tetap bersamanya. Sebab bagi Gilang menghabiskan waktu dengan ku adalah kado terindah untuknya.
Mendadak Ria muncul didepan ku, dan ia mengajak aku berbicara. Gilang terkejut Aku satu kampus dengan Pacar Pak Rio. Lantas karena menyesal telah melabraku tadi, Ria mengajak kami makan bareng. Ria meminta aku dan Gilang datang bersama untuk makan malam dengan Rio. Menurut Ria acara itu seperti double date. Namun bagiku acara itu seperti makan malam penyiksaan. Tampak Gilang sangat antusias mengiyakan ajakan Ria. Sebab Gilang sangat senang dirinya diakui sebagai pasanganku. Bagi Ria aku bukanlah ancaman karena Gilang selalu ada disisiku.
Malam harinya kami berkumpul di Cafe One Heart. Lantas Ria menyambut kehadiran ku dan Gilang dengan antusias. Sementara wajah Rio tampak datar dan tidak bersemangat seperti biasanya. Kemudian Gilang memecahkan suasana membahas makanan kesukaan. Menu yang dihidangkan adalah steak dan salad. Lalu Gilang menghidangkan Salad di piringku. Aku hanya diam dan tak menolak sama sekali.
Rio : Lang singkirin deh saladnya, kamu gak tau ya Gula gak suka salad.
Gilang : hahh,, masak sih kamu gak suka salad La??
Gula : sebenarnya aku gak suka sayur sayuran gethu Lang,, ( sambil terbata bata)
Ria : hmmm,, yauda gak Udah dimakan La. Santai jha,, biasa Rio emang perdulian gethu kalau sama temannya. ( sambil menggerutu)
Gilang : emang betul,,,Pak Rio keren abis ( mulai curiga)
Rio : yauda lanjut makannya lagi. Owh iya Lang gimana keadaan kantor??
Gilang : aman Pak Rio,, cuma agak sepi jha. Biasanya Ada Gula di Pantry. Sekarang cuma ada pengantin baru yang gila bermesraan jha. Hm,, ditambah lagi Dodi dan Rika yang selalu ribut.
Rio : ribut ribut,, ntar jodoh ( sambil tertawa)
Gilang : benar ntuh Pak,, mereka ribut gara gara buat undangan pernikahan ( geleng geleng kepala)
Gula : serius Lang, Mbak Rika mau nikah sama Mas Dodi.
Gilang : iya La dua rius malah..
Gula :senangnya rasanya ngeliat mereka bersatu. Seandainya jatuh cinta pada orang yang tepat pasti bahagia.
Rio : benar banget, andainya cinta itu datang dengan tepat. Pasti akan bersatu dengan bahagia. ( menyambung ucapan Gula tanpa sadar)
Gilang, Ria : ( saling menatap melihat tingkah keduanya)
Tak lama makanan penutup dihidangkan waiters dan mereka mulai melahap nya. Hanya saja punya Rio dihidangkan ice cream vanila. Sementara Rio tidak suka Vanila dan sangat doyan ice cream Cokelat.
Gula : hmm,, Rio kamukan gak suka Vanila. Tukeran aja sama punya ku, ini rasa Cokelat loh!!
Rio : serius La??? Boleh boleh ( bertingkah seperti bocah)
Gula : aku tukar ya!!! ( sambil tersenyum)
Gilang, Ria : ( terbakar api cemburu)
Ria : Yo sejak kapan kamu gak suka Vanila??
Rio : lo bukannya aku emang gak suka rasa Vanila.
Ria : ( menghela napas panjang)
Gilang: hmmm,, Gula emang gethu orangnya. Suka perhatian sama teman,, sampai sampai tahu makanan kesukaan. ( Ekspresi kesal)
Gilang : uda malam La, yuk kita pulang.
Gula : iya,, kk Ria thanks ya uda ngajak kita makan bareng.
Ria : iya sama sama,, aku senang kok kalau kita bisa double date. Ya kan Yo?? ( agak jutek)
Rio : iya ( tampak cemburu melihat Gilang ngantar Gula pulang kerumah)
Tatapan Rio mulai berubah saat Gilang membonceng aku naik sepeda motornya. Gilang menyadari tatapan Rio dan tersenyum lebar.
Malam hari saat dilamar. Mendadak Rio mengecek aku dari WA.
Rio : Hai La,, uda tidur??
Gula : belum,, ada apa Yo??
Rio : kamu kok bisa tahu aku gak doyan rasa Vanila.
Gula : tau dong Yo,, kamu sering banget nyingkirin Ice cream Vanila saat kita nongkrong di swalayan. Kamu sendiri kok tahu aku gak suka salad. ( tertawa bahagia)
Rio : abisnya kamu anti banget sayur sayuran yang gak mateng. Aku lihat saat kita makan di Cafe pertama kali. ( tertawa bahagia)
Rio : La aku boleh nelpon kamu???
Gula : ya boleh lah,,,
Akhirnya aku dan Rio telpon telponan sampai pagi. Tanpa sadar kami saling terlelap tanpa Mematikan panggilan telpon dari HP. Alhasil aku dan Rio telat ngampus, bak ABG labil yang sedang bucin. Keadaan kami saat ini membuat aku dan Rio sangat nyaman. Meskipun aku tahu kami tak mungkin bersatu. Mungkin dulu Rio adalah sosok orang yang telah menguatkan tekadku. Namun sekarang ini aku lah orang yang bisa menguatkan Rio.
Seminggu telah berlalu, hubunganku dan Gilang semakin renggang. Sebab aku banyak menghabiskan waktu dengan Rio. Dikarenakan rasa bersalah aku memutuskan mengajak Gilang kencan. Sontak saja Gilang sangat bahagia, dan segera menjemputku. Hari ini aku putuskan untuk bolos kuliah demi nongkrong bareng Gilang. Setibanya di cafe kami menikmati hidangan dengan lahap. Tampak Gilang sangat bahagia dan Melupakan kecemburuan nya pada Rio. Kemudian aku permisi ke toilet untuk mencuci tangan. Mendadak Lulu dan Ria masuk ke toilet Cafe. Ternyata mereka makan bareng di cafe sambil ngobrol. Lantas aku bersembunyi di salah satu toilet agar tidak terlihat keduanya. Lalu aku mendengar pembicaraan Ria dan Lulu mengenai Rio.
Lulu : Ya,, kamu yakin gak nemani Rio ke pemakanan ibunya.
Ria : berisik amat kamu Lu,, aku tuh sengaja tahu. Aku mau balas dendam karena Rio uda berani cuekin aku. Biar tau rasa si Rio karena uda ngeremehin perasaan Aku Lu.
Lulu : yauda terserah kamu jha. Asal jangan sampai nyesal kamu Ya.
Ria : gak bakal Lu, Rio gak ak n berani putusin aku. Kalau emang berani uda dari SMA kami putus Lu. ( tertawa ngakak)
Setelah itu Ria dan Lulu meninggalkan toilet. Mendengar ucapan Ria membuat aku sedih. Aku tak tahu hari ini Rio bakal pergi ngunjungi pemakanan ibunya. Aku bergegas kembali dan mengatakan pada Gilang untuk segera pulang. Aku berasalan tidak enak badan agar Gilang tak Kecewa. Lantas Gilang segera mengantarku pulang kerumah. Setelah kepergian Gilang, aku menelpon Mbak Rika. Aku menanyakan dimana istri Pak Arsyad dimakamkan. Lalu Mbak Rika mengirimkan alamatnya melalui Maps. Selanjutnya aku pergi ke pemakanan dan melihat Rio melamun.
Gula : daaaarrrr, terkejut kan?? Pasti terkejut,,
Rio : hah ,, kamu ngapain La?? Kok bisa disini??
Gula : kan uda aku bilang sebelumnya, jika kamu sedih segera kabarin aku! ( sambil mencubit hidung Rio)
Rio : sory La,, aku gak mau kamu repot.
Gula : kamu lupa ya, aku kan sahabat kamu Yo.
Rio : iya maaf banget La, aku salah ( sambil tersenyum lebar)
Rio : sini duduk disebelahku, ( tangan Rio memegang tanganku)
Aku pun menyenderkan punggungku didekat punggung Rio. Kami saling melihat kearah berlawanan sambil ngobrol bareng.
Rio : La kamu tahu gak kalau Mamaku sakit. Dia sakit parah La, Mama divonis Leukimia stadium akhir. Setelah mengetahui penyakitnya Mama jadi Frustasi dan emosian. Selama enam bulan Mama udah ngejalanin perawatan. Akan tetapi rasa sakit yang dideritanya membuat Mama tersiksa. Aku hanya pasrah melihat keadaan Mama yang sangat menderita. Sementara Papa selalu menangis sepanjang malam menyaksikan keadaan Mama. Akhirnya Mama memutuskan bunuh diri dikamar mandi rumah sakit. Mengetahui hal itu membuat Papa Depresi berat dan hampir terkena gangguan jiwa. Semenjak kejadian itu Papa selalu berobat ke Psikiater selama tiga bulan setiap tahunnya. Maka aku tak mau terlihat lemah didepan Papa. Aku nggak mau kehilangan Papa La,, aku gak sanggup jika itu terjadi. ( sambil menangis terisak isak)
Bab VII
Pahit dan Manis
Gula : kamu hebat banget Yo,, aku salut sama kamu. Thanks ya Yo uda bertahan dan hidup normal selama ini. Bagi aku kamu itu pahlawan Yo. Berkat kamu aku mampu bangkit dari keterpurukan dan memandang masa depan dengan terbuka. Akhirnya sebentar lagi impianku terwujud. Meskipun aku gak bisa sembuhkan Nenek, tapi aku bisa sembuhkan Nenek nenek orang lain nantinya Yo. Aku bangga pernah kenal kamu dan menjadi sahabat baik kamu Yo. Aku tahu alasan kamu jadi dokter ingin sembuhkan Mama. Walaupun kamu gak bisa nyembuhkan Mama, tapi kamu bisa sembuhkan Mama orang lain Yo. Akhirnya impikan kita akan terwujud, jika aku dan kamu menggapainya. Kamu gak sendirian Yo, aku akan selalu nemenin kamu.
Tanpa sadar tubuhku berbalik kearah Rio. Dan sebaliknya Rio berbalik kearahku. Segera kuhapus air mata Ryo dan memeluknya dengan erat. Mendadak jantungku berdebar sangat kencang hingga aku susah bernafas. Kemudian Rio mendekapku dengan erat dan mencium bibir ini. Tanpa perlawanan aku membiarkan Rio mencuri ciuman pertama ku. Alhasil aku terbawa suasana dan kami berjalan seperti air mengalir. Tanpa terasa hari mulai senja, dan kami memutuskan pulang kerumah. Awalnya Rio berniat mengantarkan aku pulang. Namun aku menolak, sebab aku yakin Gilang pasti datang kerumah. Aku tak ingin Gilang kecewa saat mengetahui aku menghabiskan waktu dengan Rio.
Benar saja, sesampainya dirumah Gilang telah berada di teras. Gilang heran mengapa aku keluyuran diluar. Lalu aku memikirkan jawaban agar tidak dicurigai olehnya.
Gilang : dari mana La?? Kan kamu sakit??
Gula : dari luar Lang, tadi aku pengen banget martabak. Tetapi gak ada yang jualan.
Gilang : ya ampun La, kan kamu bisa telpon aku!
Ini kebetulan aku beli Martabak dijalan sebelum kemari.
Gula : thanks ya Lang,, kamu memang is the best.
Gilang : pasti dong ( sambil ke ge'eran)
Sebenarnya wajah polos Gilang yang membuat ku terbuka padanya. Selain tingkahnya yang polos, Gilang juga sangat Kocak. Hanya saja hatiku telah jatuh pada Rio dan tak bisa digeser lagi. Mendadak suasana jadi tenang dan hal itu membuatku takut. Sebab Gilang berniat melancarkan aksinya padaku. Namun aku menolak dengan alasan belum siap berciuman. Gilang tampak kecewa sesaat, namun dia kembali tegar lagi. Dikarenakan sudah malam aku meminta Gilang segera pulang. Sementara aku ingin rebahan dikamar karena lelah.
Hanya saja setiap kali mata ingin terpejam, muncul lah bayangan Rio saat menciumku. Aku mulai gusar dan cemas membayangkan perasaan ini. Kemudian HP ku berdering, panggilan dari Rio. Lalu aku mengangkat telpon Rio.
Gula : ya Hallo,, uda sampek rumah kamu Yo??
Rio : udah, ini lagi dikamar.
La,,Kamu udah siap diapelin Gilang??
Gula : huss,, apaan sih. Barusan pulang kok dia
Rio : ngapain jha kamu dan Gilang.
Gula : ngobrol doang abis itu dia langsung pulang.
Rio : La,, kamu suka sama Gilang?
Gula : kok gethu sih pertanyaan nya Yo,,
Kamu kenapa sih hari ini.
Rio : La,, kita lari bareng Yuk. Aku bakal ninggalin Ria dan kamu harus ninggalin Gilang.
Gula : kamu kenapa si Yo,, kok ngomongnya ngaco.
Rio : La kamu sadar gak sih,, kita itu saling cinta. Namun keadaan memaksa kita harus berpisah. Aku gak mau memendam perasaan ini lebih lama lagi. La kalau kamu cinta sama aku, kamu harus mau ikut aku??
Gula : kamu serius Yo,,
Rio : aku serius La,, aku sayang banget sama kamu. Kita cuti dari kampus dan lari dari mereka yang ingin misahin kita La.
Mendengar pernyataan cinta Rio membuatku terhanyut. Tanpa sadar aku membiarkan perasaan cinta ini menguasai diriku. Aku memutuskan ikut dengan ide gila Rio. Aku bahkan tega melukai Gilang yang uda setia denganku selama ini.
Esok harinya Rio menjemput aku dan mengajaku pergi ketempat yang jauh. Bahkan aku dan Rio memutuskan untuk mematikan ponsel, agar tak meninggalkan jejak. Lalu aku dan Rio menghabiskan waktu hanya berdua di kota yang sama sekali kami belum pernah kunjungi. Rio bekerja sebagai Nelayan untuk membiayai penginapan dan makan kami. Sementara aku menunggu Rio dirumah dengan setia layaknya seorang istri. Sudah enam bulan kami menghabiskan waktu bersama dengan penuh kebahagian. Namun hari hari bahagia itu tak berlangsung lama. Sebab tanpa sengaja aku menghidupkan ponselku dan melihat banyak pesan yang muncul. Aku membuka pesan dari Gilang yang menyatakan kekecewaan nya padaku. Gilang juga mengirimkan video ancaman Ria yang telah melakukan aksi bunuh diri. Sekarang ini Ria sedang dirawat dirumah sakit dan belum sadarkan diri.
Kemudian aku mendengar suara hentakkan kaki pertanda Rio telah kembali. Aku menyambutnya dengan hangat dan menanyakan keadaan Rio. Selama Rio mencari nafkah menjadi Nelayan, kulitnya yang putih mulus berubah jadi hitam. Aku menangis terseduh seduh didepan Rio. Aku memohon agar Rio mau kembali ke kehidupannya yang normal. Lalu aku memberi kabar bahwa Ria telah dirawat dirumah sakit, dikarenakan percobaan bunuh diri. Setelah susah payah aku memohon, akhirnya Rio luluh juga. Lalu kami memutuskan kembali ke kota asal untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Aku telah mengabari Gilang bahwa aku akan pulang. Setelah sampai di bandara, kami bergegas pergi ke rumah sakit. Lalu aku sengaja meninggalkan Rio disana untuk menjaga Ria, sebagai penebusan dosa.
Sementara aku dan Gilang akan menyelesaikan masalah kami. Aku tahu Gilang pasti akan memberikan maafnya padaku. Namun hal itu terlalu kejam bagi Gilang, mengapa Pria baik sepertinya harus menderita. Kali ini aku bertekad untuk memutuskan ikatan diantara aku dan Gilang. Meskipun terkesan kejam, namun itu adalah pilihan yang baik buat Gilang.
Gula : Lang aku mohon maaf padamu, karena sejauh kita berhubungan kamu selalu terluka
Gilang : kamu bicara apa Sih La.. Aku gak pernah menderita sama sekali.
Gula : aku yang melihatnya Lang, aku itu perempuan jahat yang telah nyakitin kamu.
Aku mohon Lang kamu harus bisa lepasin aku. Setelah ini aku akan ambil program beasiswa keluar negeri. Aku mau lanjutin kuliah dokter, dan menjadi seorang dokter yang handal. Dikarenakan cinta aku melupakan impian ku Lang. Jadi aku mohon, sebelum pergi izinkan aku menyelesaikan ikatan diantara kita.
Gilang : ( nangis terseduh seduh tanpa membalas perkataan ku)
Gula : aku akan selalu ingat kebaikanmu Lang. Setelah aku berhasil kita akan ketemu lagi dikantor sebagai tekan kerja. Aku minta maaf dengan tulus pada mu Lang. Jaga diri kamu baik baik. Besok aku bakal pergi selesai mengurus berkas2 dikampus.
Keesokan harinya aku melihat sosok Gilang di Bandara. Dengan lapang dada Gilang mengantarkan kepergianku yang akan melanjutkan pendidikan di Australia. Pak Arsyad selalu mendukung keputusan ku, tanpa bertanya apapun. Sementara Rio dengan setia merawat Ria dirumah sakit. Rio juga melanjutkan pendidikan kedokterannya hingga tamat. Keadaan Ria sudah membaik, dan dia sudah boleh pulang kerumah. Sikap Rio terlihat seperti biasa. Hanya saja tatapan matanya seolah dingin seperti orang tak memiliki tujuan hidup. Hal itu berlanjut hingga selama beberapa tahun. Ria tak tahan melihat Rio tersiksa, hanya mampu menangis dikamar. Meskipun terkesan dingin, Rio tak melupakan kewajiban untuk merawat Ria dan terus berada di samping nya. Hanya saja Rio tidak pernah membahas mengenai diriku.
Tanpa terasa tiga tahun telah berlalu, aku telah menyelesaikan pendidikan di Australia. Sudah waktunya aku membalas kebaikan Pak Arsyad dengan mengabdi di Perusahaan. Lantas aku akan bekerja dirumah sakit Alam Baka sebagai staf Medis. Selama Gula pergi keluar Negeri Pak Arsyad telah mewariskan rumah sakitnya pada Rio, si Direktur Utama. Lalu aku memutuskan bertemu Pak Arsyad sembari mengenang masa lalu. Setelah resmi bergabung sebagai staff, aku resmi bekerja dirumah sakit Alam Baka. Lantas kehadiran ku dirumah sakit didengar oleh Ria. Kemudian Ria mengajak aku ketemuan untuk membicarakan sesuatu hal. Lantas aku bertemu dengan Ria di Cafe One Heart.
Ria : Hai La,, gimana kabarmu??
Gula : baik kak, kamu sendiri gimana kk?
Ria : aku gak baik La ( menghela napas sangat panjang)
Gula : ada apa kak??
Ria : Rio La,, aku kasihan liat dia. Sekarang ini dia hidup seperti Mayat. Tatapan matanya dingin seperti kehilangan arah. Dia tampak baik dan selalu merawatku La. Namun hal itu membuat hatiku tersiksa, baginya aku bukanlah sosok pacar idaman. Dia memperlakukan ku layaknya pasien yang harus dilindungi. ( menangis terisak isak)
Gula : sabar kak, mungkin Rio butuh waktu untuk nenangi dirinya.
Ria : kapan La, kapan?? Ini sudah tiga tahun berlalu. Tetapi dia bersikap sama dan tak pernah berubah. Aku harus apa La?? Aku harus apa La??? (Menangis)
Gula : aku gak yakin ini bisa membantu kak, tetapi coba aku bujuk dia yah.
Ria : tolong ya La,, aku mohon,,
Gula : ( memeluk Ria sambil menahan tangis)
Malam harinya Ria mengajak Rio ngobrol. Seperti biasa tatapan dingin terpancar dari matanya. Ria sangat frustasi dan menyesal. Ria memohon maaf pada Rio karena memisahkannya dari Gula. Ria meminta agar Rio pergi dari hidupnya. Sebab Ria telah mengikhlaskan hubungan Rio dengan Gula. Namun Rio tak bereaksi sama sekali. Ekspresi Rio membuat Ria ketakutan dan bergegas pergi. Ria takut kalau sang pujaan hati Sampai terkena gangguan mental, karena kelakuannya mengekang hidup Rio selama ini.
Esok harinya ketika dirumah sakit. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Rio. Namun Rio tak menoleh sama sekali dan pergi berlalu. Saat aku mengajaknya ngobrol, Rio hanya diam sembari menatap ku. Emang benar kata kata Ria kemarin, Rio telah berubah drastis. Setelah itu Rio pergi tanpa berkata apapun. Tak lama aku bertemu dengan Gilang dan menceritakan kejadian Rio. Teman teman kantor telah mengetahui bahwa Rio berubah. Maka Pak Arsyad ada niat membawa Rio berobat ke Singapura. Aku semakin cemas ketika mendengar kabar itu. Aku menyesal telah meninggalkan Rio kala itu. Sepanjang malam aku berpikir agar membuat Rio sadar kembali. Namun fikiranku stuck ditempat dan tak menemukan ide apapun.
Kemudian aku membuka foto foto lama saat bersama Rio. Tampak wajah Rio sangat bahagia bak seorang bocah. Lalu aku teringat kenangan manis saat di pemakaman Mama Rio. Lagi lagi perasaanku menguasai tubuh ini. Lantas esok harinya aku bergegas pergi ke pemakaman Mama Rio. Disana aku melihat Rio tertidur pulas. Sepertinya Rio menghabiskan malamnya di kuburan Sang Mama. Segera kututupi tubuh Rio dengan Jacket karena udara disana sangat dingin. Kemudian ku usap wajah Rio perlahan lahan sampai dia terbangun. Ketika sadar Rio hanya menatap wajahku selama satu jam. Aku bingung apa sebenarnya yang ada dibenak Rio. Mengapa hidup Rio sangat tersiksa. Apakah aku penyebab derita itu sehingga membuat Rio terluka.
Tiba tiba Rio menangis terisak isak didepan mataku. Lalu segera kupeluk Rio dengan hangat bak seorang bayi yang baru bertemu ibunya. Rio terus menangis haru mengeluarkan seluruh isi hatinya.
Gula : Yo aku disini,, kamu lupa ya!!
Aku akan selalu ada saat kamu bersedih.
Rio : bohong,, kamu bohong La,,
Kamu udah ninggalin aku.
Gula : aku nggak pernah ninggalin kamu Yo, aku hanya mengejar impianku. Bukannya kamu yang nyuruh aku menggapai impian ini. Sekarang aku sudah berhasil dan kembali padamu Yo. Aku janji gak akan ninggali kamu lagi.
Rio langsung memeluk erat tubuhku, seolah takut aku pergi lagi. Sepertinya Rio tidak percaya padaku dan meminta bukti. Lalu aku mengeluarkan cincin lamaran dan memakaikan di jari jemari Rio. Wajah polos Rio kembali dalam seketika. Lantas Rio langsung menciumku tanpa aba aba. Lagi lagi aku jatuh di dalam perangkap Rio. Akhirnya aku berhasil menggapai impian sembari mendapatkan cinta sejati. Tuhan mengutus Ryo untuk hidupku. Aku tercipta karena akan bertemu dengan Rio. Dan sebaliknya Rio tercipta karena akan bertemu denganku. Alhasil cinta kami mendapatkan restu dari Ria dan Gilang. Mereka mendukung aku dan Rio agar bersatu menjadi pasangan sesungguhnya. "Tuhan",,, mungkin aku dulu terjebak dengan kekufuran. Namun sekarang engkau tunjukkan indahnya kehidupan padaku.
by : https://www.wattpad.com/user/yuni_shinozhuka
Komentar
Posting Komentar